Review: Melo Movie (2025)
Ceritanya berfokus pada hubungan antara seorang sutradara film dan seorang kritikus yang saling memiliki perasaan. Romansa yang dihadirkan cukup kental, tanpa cinta segitiga, dan menawarkan paket lengkap antara romcom dengan sedikit sentuhan melodrama. Konflik dalam cerita tidak hanya seputar hubungan asmara, tetapi juga pekerjaan dan dinamika keluarga. Drama ini menggambarkan berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertemanan, persahabatan, persaudaraan, hingga romansa.
Keunikan lainnya terletak pada dua pasangan utama. Main Lead Couple (MLC) menghadirkan kisah yang lebih dewasa, sedangkan Second Lead Couple (SLC) memberikan warna berbeda dengan pertengkaran mereka yang didorong ego masing-masing. Salah satu dari mereka masih terjebak di masa lalu, dan tipe pasangan seperti ini mungkin hanya bisa kembali bersama setelah menemukan versi terbaik dari diri mereka masing-masing.
Salah satu hal yang paling gua suka dari drama ini adalah bagaimana konsep kebahagiaan dan kemalangan disajikan secara berimbang. Hubungan kakak-adik dari Male Lead (ML) menjadi salah satu aspek yang paling emosional. Endingnya pun cukup memuaskan, di mana para tokoh berhasil berdamai dengan masalah dari masa lalu mereka.
Karena berlatar di dunia perfilman, drama ini menyelipkan berbagai referensi seperti scene film, judul, serta nama sutradara dan aktor. Bahkan ada pembahasan menarik tentang kritikus film. Drama ini juga mengingatkan bahwa dalam membuat ulasan atau review, penting untuk tetap kritis tanpa menyebarkan kebencian atau makian personal.
Dari segi teknis, scoring dan soundtrack cukup oke dengan tone visual yang cerah. Tempo alurnya cenderung lambat, dengan porsi flashback yang cukup banyak namun tetap relevan dan berguna. Setiap episode memiliki judul berbeda, dan beberapa monolog atau dialognya terasa sangat relate dengan kehidupan nyata.
Salah satu scene yang paling menyentuh buat saya adalah ketika seorang karakter tidur di dalam mobil dan ditanya mengapa tidak masuk rumah, lalu dia menjawab karena tidak ada siapa-siapa di rumah. Momen ini terasa begitu nyesek, karena kehilangan seseorang tetap menyakitkan, walaupun seseorang berusaha menutupinya. Kesedihan itu semakin terasa dalam ketika dipendam sendiri. Meskipun terdengar klise, saat melihat keseluruhan alur cerita dan perjalanan karakternya, adegan ini benar-benar meresap.
Beruntung, MLC digambarkan sebagai pasangan yang sudah dewasa dalam menyikapi hubungan mereka. Sementara itu, karakter Jun yang akhirnya sukses menjadi pengingat bahwa setiap orang memiliki timeline sendiri dalam meraih kesuksesan. Drama ini bukan tipe yang mengandalkan plot twist atau adegan menegangkan, melainkan lebih ke tontonan yang bisa dinikmati dengan santai sambil menilainya dari berbagai sudut pandang.
Keseluruhan drama ini juga menampilkan hubungan yang saling mendukung satu sama lain, menjadikannya perpaduan menarik antara slice of life dan romance.
Pesan yang gua dapat dari drama ini: banyak
Rating: 4/5
SPOILER!
Main Lead Couple
Hubungan Ko Gyeom dan Mubee? Tidak begitu rumit. Mubee dighosting karena Ko Gyeom perlu merawat kakaknya. Salahnya, Ko Gyeom gak kasih tau dulu ke Mubee. Ketika ketemu kembali, Ko Gyeom jujur dengan perasaannya. Mubee pun begitu. Masalah beres.
Second Lead Couple
Jauh lebih rumit daripada pasangan tokoh utama. Wanita yang pada masa lalu supportive namun belum tahu arah. Laki-laki yang hidup sendirian. Tentu, perpisahan Ko Jun dengan Ju-a bikin Ko Jun kesepian. Terlebih dia berproses dan gak sukses-sukses (kasarnya gitu).
Begitu ketemu lagi. Ju-a udah gak ada perasaan, baru ngaku kalau dulu sebenarnya dia gak jadi dirinya sendiri. Salah siapa? Salah Ju-a sendiri juga. Gak ada paksaan buat dia sampai kaya gitu, tapi ya bucin aja. Kalau dari sini kasihan Ko Jun. Jadi ngerasa bersalah dan dibohongi. Bikin dia terjebak dengan kenangan di masa lalu, tentang Ju-a yang ia kenal (yang ternyata membohongi dirinya sendiri).
Tapi di satu sisi. Ko Jun juga kurang peka ketika dulu ada Ju-a yang sangat supportive di sampingnya. Dia seolah cuma ingin di mengerti, namun tidak pernah memahami bagaimana dan apa yang dirasakan serta diinginkan Ju-a.
Seperti ego bertemu ego.
Rumitnya ketika bertemu kembali. Ko Jun ternyata masih menyimpan rasa karena terjebak dalam kenangan. Dan Ju-a walaupun berkata sudah tidak ada rasa, namun kepeduliannya terhadap Ko Jun masih sangat tinggi yang bikin Ko Jun makin gak bisa move on.
Kalian berdua memang harus tegas. Ko Jun harus relain aja Ju-a. Dan Ju-a gausah peduliin Ko Jun. Setelah ketemu lagi, Ko Jun kelihatan lebih salah. Tapi Ju-a juga yang bikin Ko Jun di posisi itu karena Ju-a tidak menjadi dirinya sendiri ketika sebelumnya menjalin hubungan. Membohongi diri sendiri dan pasangan.
Di awal jalin hubungan Ju-a tulus, tapi tidak tegas. Ko Jun tulus, tapi gak peka.
Kompleks.





Posting Komentar untuk "Review: Melo Movie (2025)"