Pengaruh Perubahan Demografi dan Teknologi terhadap Ekonomi dan Sosial
Hasil begadang saya yang telah dirapikan.
1. Dampak Penurunan Angka Kelahiran terhadap Lapangan Kerja
Ketika sebuah sekolah swasta menerima 50 murid, mereka membuka lowongan untuk dua guru. Jika jumlah murid meningkat menjadi 100, maka dibutuhkan empat guru. Namun, jika angka kelahiran menurun selama lima tahun, jumlah calon murid juga berkurang, sehingga kebutuhan akan guru pun menurun. Akibatnya, lowongan pekerjaan di bidang pendidikan semakin sedikit.
Hal serupa terjadi di dunia bisnis. Tantangan utama bagi bank konvensional adalah pertumbuhan (growth). Contohnya, Unilever yang mengalami penurunan jumlah karyawan dari 8.000 pada tahun 2020 menjadi 1.000, dan kemungkinan akan turun menjadi 800. Selain persaingan yang semakin ketat, pertumbuhan bisnis juga menjadi semakin sulit.
Misalnya, jika kamu menjual suatu produk di desa dengan 100 penduduk dan bisa menjual 20 barang per hari, ketika jumlah penduduk menurun menjadi 50, pertumbuhan bisnismu kemungkinan akan stagnan atau menurun drastis.
Sejarah menunjukkan bahwa peluang besar sering kali muncul setelah periode tertentu, seperti pasca-Perang Dunia II ketika angka kelahiran meningkat pesat. Ini adalah contoh bagaimana faktor demografi memengaruhi peluang ekonomi.
2. Ketimpangan Ekonomi, Pengetahuan, dan Teknologi
Ke depan, kesenjangan ekonomi, pengetahuan, dan keterampilan akan semakin tajam. Biaya untuk masuk ke industri tertentu akan semakin mahal, sementara hiburan dan kesenangan jangka pendek semakin beragam. Lihat saja industri hiburan dalam 10 tahun terakhir—dari jumlah opsi yang terbatas hingga sekarang yang semakin luas.
Orang cenderung mengejar kepuasan instan, yang membuat persaingan untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih tinggi semakin sulit. Misalnya, screen time rata-rata masyarakat terus meningkat. Bahkan, serial drama yang dulunya memiliki 20–24 episode kini lebih sering hanya 12 episode karena orang semakin tidak sabar untuk menonton sesuatu yang panjang.
Teknologi yang semakin canggih membuat manusia semakin terlena, mempersingkat durasi perhatian, dan mengubah pola konsumsi informasi.
3. Pembangunan yang Tidak Merata
Jika pembangunan tidak merata, misalnya dalam alokasi anggaran pendidikan, dampaknya besar. Ketika dana pendidikan dibagi rata, daerah perkotaan yang sudah maju tetap mendapatkan banyak dana untuk pembangunan, sementara daerah terpencil seperti Papua masih kesulitan mendapatkan guru.
Akibatnya, orang-orang dari daerah tertinggal akan bermigrasi ke kota. Namun, kota-kota besar sudah menghadapi overpopulasi, polusi, dan tekanan hidup yang tinggi. Contohnya di Okinawa, Jepang, banyak rumah yang ditinggalkan karena penduduknya pindah ke kota besar.
Lalu, apakah masa depan akan menjadi distopia atau utopia?
4. Meningkatkan Kualitas Diri untuk Bertahan
Alasan saya menulis ini adalah karena saya merasa ingin berkembang. Untuk berkembang, saya perlu terus belajar dan memahami pola pikir orang-orang yang sudah unggul.
Seperti yang dikatakan Dato Sri Tahir dalam sebuah podcast dengan Hermanto Tanoko, jika ingin naik level, langkah pertama adalah memasukkan pemikiran orang-orang sukses ke dalam diri kita. Cara terbaik untuk menyerap pemikiran mereka adalah dengan membaca, menulis ulang, dan mempraktikkannya melalui trial and error.
Saya haus validasi, bukan secara materi, tetapi secara pemikiran. Jadi, kalau mau diskusi, silakan reply!
5. Peran Perempuan dalam Kemandirian Finansial
Ada fenomena di mana beberapa perempuan hanya mencari pasangan kaya sebagai suami tanpa berusaha membangun kemandirian finansial sendiri. Namun, bagaimana jika skenario terburuk terjadi dan sang suami kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan uang? Jika suami tidak pandai mengelola keuangan atau tidak meninggalkan warisan dan pendapatan pasif, yang menjadi korban adalah istri dan anak-anak mereka.
Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk tidak mudah menyerah dan memilih pasangan dengan bijak. Sementara itu, laki-laki harus belajar mengelola keuangan agar bisa memastikan istri dan anak-anak tetap terjamin dalam keadaan darurat.
Setelah semua itu, saya percaya bahwa jodoh adalah cerminan diri. Jika ingin mendapatkan pasangan yang lebih baik, kita harus meningkatkan kualitas diri terlebih dahulu.
6. Teknologi dan Produktivitas
Semakin lama seseorang menghabiskan waktu di depan layar, tetapi bukan untuk hal produktif, maka tingkat produktivitasnya akan menurun. Banyak orang tua menasihati untuk tidur lebih awal, tetapi bagi mereka yang belum stabil secara finansial, bagaimana bisa merasa tenang?
Jika seseorang memiliki passive income Rp10 juta per bulan, dia pasti bisa tidur dengan tenang. Namun, tanpa itu, masih banyak yang harus diperjuangkan.
7. Persaingan di Era Digital
Di era digital, orang lebih rela mengeluarkan uang untuk kosmetik dan hiburan dibandingkan kesehatan dan pendidikan. Gengsi lebih mudah dipamerkan di media sosial, membuat persaingan menjadi lebih intens.
Selain itu, perkembangan teknologi membuat banyak pekerjaan tergantikan oleh mesin. Misalnya, dalam industri pakaian, jika dulu 50 pekerja bisa memproduksi 1.000 baju per hari, sekarang cukup dengan 10 mesin yang bisa dioperasikan oleh dua orang. Lalu, ke mana 98 pekerja lainnya?
Kesimpulannya, hasil dari banyak membaca, mengingat kembali buku-buku yang pernah dibaca, dan menghubungkan berbagai referensi, kita bisa melihat pola perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi saat ini dan di masa depan.
Kekecewaan itu lahir dari gap antara ekspektasi dan realita.
Posting Komentar untuk "Pengaruh Perubahan Demografi dan Teknologi terhadap Ekonomi dan Sosial"